Pages

Selasa, 30 September 2014

Perlunya Peralatan Bengkel

Tiga hari yang lalu, hari pertama saya Praktik Kerja Lapangan. Lokasinya di P.T Alstom Power Energy System Indonesia kota Surabaya. Berangkat dari Malang pukul 04.30 bersama teman saya naik sepeda motor. Karena di Porong jalannya macet, akhirnya sampai di tempat PKL pukul 07.10.
Yang akan saya ceritakan di sini adalah pengalaman ketika perjalanan pulang. Setelah tancap gas dari lokasi PKL pukul 16.30, 100 meter kemudian motor kami mogok. Yang pertama saya cek adalah busi motor. Namun ternyata, busi motor tidak bermasalah. Saya lanjutkan untuk mengecek karburator, tapi masalah datang, obeng yang tersedia hanya obeng kombinasi bawaan motor. Tak cukup kuat untuk membuka body motor. Kami putuskan untuk mendorong motor, mencari bengkel yang mungkin masih buka (sambil ngos-ngosan karena bulan puasa).
Ketika “asyik” mendorong motor, kebetulan tutor dari Alstom lewat jalan yang kami lewati. Kami diajak ikut numpang mobilnya dan menitipkan motor di tempat parkir, tapi kami menolaknya karena beberapa alasan.
Lanjut dengan kegiatan mendorong motor, melewati perumahan Angkatan laut, ada beberapa anggota AL yang menawarkan diri untuk mencoba memperbaiki, ternyata tetap saja tidak bisa menyala. Lalu kami dibantu dengan mendorong motor kami keluar dari perumahan AL dengan sepeda motor.
Sampai gerbang perumahan, bantuan itupun berakhir. Adzan Maghrib terdengar, tanda sudah waktunya berbuka puasa. Melihat ada warung, mampir sejenak membeli minuman untuk melepas dahaga. Lanjut lagi mendorong motornya, sesekali duduk di tepi jalan mengamati orang-orang yang sibuk memacu kendaraannya.
Ingin rasanya ikut berpacu di jalan bersama orang-orang sibuk itu, tapi apa daya, menyala saja tidak bisa, bagaimana bisa ikut kebut-kebutan di jalan..
Setelah cukup lama kongkow di pinggir jalan, kami bertanya ke sana-sini mengenai bengkel terdekat. Ada yang menjawab, memberi sedikit semangat, meskipun saya tahu sebenarnya orang itu berbohong, “Adik terus saja lewat jalan itu, lalu nanti ada perempatan, adik lurus saja, nanti ada perempatan ke dua baru belok kiri, cuma beberapa meter setelah belok kiri, nanti ada bengkel masih buka kok..”
Setelah ke tempat yang orang itu bilang, ternyata yang ada hanya tukang tambal ban, dan tidak punya peralatan perbengkelan yang cukup. Akhirnya kami kembali ke jalan semula yang ingin dilewati. Setelah mendorong motor cukup jauh, kami menemukan bengkel kecil di samping palang pintu rel kereta api.
Hati langsung bersorak ketika montir bengkel menyanggupi untuk memperbaiki motor kami. Setelah menunggu 30 menit, motor bisa meraung kembali. Tanda kami bisa pulang ke Malang. Setelah berterima kasih pada montir bengkel yang sudi merelakan shalat tarawihnya untuk memperbaiki motor kami, kamipun menukar uang Rp 20.000 dengan jasa perbaikan motor.
Motor menyala kembali, kamipun melanjutkan perjalanan pulang sambil mencari depot untuk makan malam. Sambil senyum-senyum berpacu mengendarai motor di tengah keramaian kota Surabaya.
Dalam perjalanan, saya sadar bahwa membawa peralatan perbengkelan ringan sangat penting. Jangan hanya bermodal peralatan bawaan dari motor. Demi menghindari kejadian seperti yang kami alami.
Meskipun sangat merepotkan dan membuat badan rontok, namun kejadian itu bisa dijadikan pelajaran untuk perjalanan yang selanjutnya.http://diansuryablog.wordpress.com/2010/08/21/pentingnya-peralatan-perbengkelan-ringan/